Sabtu, 23 Juni 2018

Wanita itu Ibarat Buku


Wanita itu ibarat buku. Jika ia tersampul dengan jilbab, maka itu adalah ikhtiar untuk menjaga akhlaknya. Terlebih jika jilbab itu tidak hanya sekedar untuk menutupi tubuhnya, akan tapi juga menjilbabkan hati. Dan jika ia tak bersampul, maka ia akan terlihat lebih kusam, ternoda oleh coretan, sobek, karena dia tidak bisa menjaga dirinya, itu karena dia membiarkan auratnya terlihat oleh laki-laki bukan mahramnya.

Menjadi wanita adalah amanah. Bukan amanah yang sementara. Tapi amanah sepanjang usia ini ada. Dan sudah seharusnya kita menjaga amanah ini, dengan membentengi diri kita iman dan ilmu. Senantiasa belajar dan berusaha untuk selalu memperbaiki diri. Karena memang menjadi wanita baik itu tidak mudah. Butuh iman dan ilmu kehidupan yang seiring dengan pengalaman. Lihatlah di luar sana, masih banyak wanita yang dengan bangganya mengobral kehormatan dan kecantikannya, memperlihatkan auratnya kepada non mahram, bahkan ada diantara mereka yang sampai terenggut kehormatannya dikarenakan tidak bisa menjaga dirinya. Astaghfirullah, susahnya menjadi wanita.

Benar. Menjadi wanita adalah pilihan. Bukan aku yang memilihnya, tapi Kau yang memilihkannya untukku. Aku tahu, Allah penggenggam segala ilmu. Sebelum Ia ciptakan aku, Ia pasti punya pertimbangan khusus, hingga akhirnya saat kulahir kedunia, Ia menjadikan diriku seorang wanita. Aku sadar, tidak main-main Allah mengamanahkan ini kepadaku. Karena kutahu, wanita adalah makhluk yang luar biasa. Yang dari rahimnya bisa terlahir manusia semulia Rasulullah atau manusia sehina Fir’aun. Dan seperti apa diri kita kelak sangat di pengaruhi oleh bagaimana cara kita bersikap, dan menjaga izzah dan iffah kita.

Ukhti, bersyukurlah karena engkau di karunia wajah yang cantik dan tubuh yang sempurna. Dan sudah seharusnya engkau menjaga amanah tersebut dengan sebaik-baiknya. Bukan dengan memamerkan aurat kepada laki-laki bukan mahram, sehingga membuat mereka tergoda dan memuja kecantikanmu. Tapi jagalah amanah tersebut dengan menjaga dirimu dari hal-hal yang Allah murkai, karena cantik yang sesungguhnya adalah ketika engkau bisa menjaga dirimu dan kehormatanmu. Bukan dengan berlomba-lomba mempercantik tubuh sehingga tidak mengindahkan batasan-batasan yang telah Allah berikan kepadamu.

Sungguh rasanya malu diri ini, ketika aku tidak bisa menjaga amanah yang telah Allah berikan kepadaku. Aku malu menjadi wanita, kalau faktanya wanita itu gampang diiming-iminggi harta dengan mengorbankan harga dirinya. Aku malu menjadi wanita kalau ternyata wanita itu sebagai sumber maksiat, memikat, hingga mengajak pada jalan sesat. Aku malu menjadi wanita kalau ternyata dari pandangan dan suara wanita yang tak terjaga sanggup memunculkan syahwat. Aku malu menjadi wanita kalau ternyata tindak tandukku tidak berkenan di hati sahabat-sahabatku . Aku malu menjadi wanita kalau ternyata wanita tak sanggup jadi ibu yang bijak bagi anaknya dan separuh hati mendampingi perjuangan suaminya. Aku malu menjadi wanita yang tidak sesuai dengan fitrahnya. Ya, Aku malu jika sekarang aku belum menjadi sosok wanita yang seperti Allah harapkan. Aku malu, karena itu pertanda aku belum amanah terhadap titipan Allah ini.

Perbuatan Zhalim


Pentingnya Kemasyarakatan dalam Ajaran Islam

Sengaja kami memilih topik pembahasan ini, lantaran dosa yang dilakukkan di dalam tubuh masyarakat akan berbahaya dan menimpa masyarakat itu sendiri. Dan kami menghidangkan permasalahan ini agar dijadikan perhatian bagi setiap individu sehingga tidak terjerumus di dalamnya.

Sebab, bahaya pertama pasti akan menimpa pelakunya, dan bahaya terakhir akan menimpa masyarakat tempat pelaku mukim.

Sekarang, marilah kita paparkan masalah ini secara detail.

PERBUATAN ZHALIM

Istilah zhalim secara bahasa berarti perbuatan yang melawati batas; menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya dan menentang kebenaran.

Menurut pengertian syara’, zhalim berarti melewati batas kebenaran dan cenderung kepada kebatilan. Ada yang mengatakan bahwa zhalim adalah menguasai hak milik orang lain dan melewati undang-undang Illahi. Orang-orang yang zhalim adalah orang-orang yang merampas hak orang lain termasuk di dalam kategori zhalim.

Penguasa yang tidak memberi potongan atau bantuan kepada rakyatnya di dalam memperoleh hak-haknya disebut sebagai zhalim.

Seorang qadhi atau jaksa, apabila keputusannya jatuh dari kebenaran, maka ia dikatakan sebagai zhalim.

Seorang teman yang berbuat khianat terhadap temannya sendiri juga dikatakan sebagai zhalim.

Seorang suami yang memperlakukan istrinya dan anak-anaknya dengan perlakuan negatif, maka suami tersebut termasuk zhalim.

Berdasarkan pengertian tersebut, Allah menurunkan syari’at-syari’at yang berdiri mutlak adil guna mengikis habis perbuatan zhalim. Jadi, andaikata seseorang tidak mau mengikuti syari’at Allah. Berarti ia telah melakukan perbuatan zhalim.

Penjelasan Al-Qur’an mengenai hal ini: “Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zhalim”.(Q. S. 5 :45).

Di dalam ayat lain Allah berfirman : “Barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zhalim,” (Q.S. 2 : 229).

Zhalim adalah penyakit yang berkaitan dengan masyarakat. Karenanya harus segera diberantas begitu kezhalimannya tampak dipermukaan. Apabila tidak segera diberantas, maka bahayanya akan mengancam seluruh masyarakat.

Al-Qur’an telah mengingatkan kepada kita pada salah satu ayat berikut ini: “Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan- Nya”. (Q. S. 8 : 25)

Apabila ada seseorang yang cenderung terhadap orang-orang yang berbuat zhalim dan menyenangi perbuatan zhalim, maka akan menyebabkan datangnya siksa neraka, sebagaimana yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an: “Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zhalim yang menyebabkan kamu disentuh Api neraka”. (Q. S. 11. 113).

Merajalelanya perbuatan zhalim di dalam tubuh suatu kaum akan mengakibatkan orang-orang jahat dapat menguasai pemerintahan. Dengan demikian maka seluruh masyarakat akan merasakan tindakan mereka yang zhalim itu akan menyalahgunakan jabatan yang mereka duduki.

Allah berfirman : “Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zhalim itu menjadi teman sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan”. (Q. S. 6 : 129).

Suatu masyarakat yang dikuasai oleh orang-orang yang zhalim adalah masyarakat yang berhak mendapat laknat Allah, dan berhak pula mendapat siksaan Allah, baik di dunia maupun di akherat.

Allah berfirman : “Dan (penduduk) itu telah Kami binasakan, ketika mereka berbuat zhalim dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka”. (Q. S. 18 : 59).
“(Yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang zhalim permintaan maafnya dan bagi merekalah laknat dan bagi merekalah tempat tinggal yang buruk”. (Q. S. 40 : 52).
“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zhalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak”. (Q. S. 14 : 42).

Rasulullah saw. beberapa kali telah mengancam perbuatan zhalim lantaran akibat-akibatnya yang sangat membahayakan.

Di dalam hadits qudsi Rasulullah mengatakan:

 ياعبادي إنّى حرّمت الظّلم على نفسى وجعلته بينكم محرما فلا تظا لموا (رواه مسلم)

“Wahai hamba-hamba-Ku sesungguhnya Aku mengharamkan perbuatan zhalim atas diri-ku dan mengharamkan pula perbuatan itu terhadap kamu sekalian. Oleh karena itu, janganlah kamu berbuat zhalim antar sesamamu” (Hadits riwayat Muslim)
Nabi saw. pernah bersabda :

 انّ الله ليملي للظا لم حتّى اذا أخذه لم يفلته (رواه البخاري و مسلم)

“Sesungguhnya Allah menangguhkan orang yang berbuat zhalim, sampai pada suatu saat Allah akan menyiksa mereka dimana mereka tidak bisa menghindarkan diri (Hadits riwayat Bukhori dan Muslim)”.
Kemudian Rasulullah saw. membacakan ayat berikut : ‘Dan begitulah adzab Tuhanmu apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat zhalim. Sesungguhnya adzab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras”. (Q. S. 11 : 102).
Rasulullah telah bersabda :

 من كانت له مظلمة لأخيه من عرضه اوشيئ فليتحلله منه اليوم قبل ان لا يكون دينار ولا درهم، ان كان له عمل صالح اخذ منه بقد ر مظلمته، وان لم تكن له حسنا ت أخذ من سيّئا ت صاحبه فحمّل عليه (رواه البخارى)

 “Barang siapa berbuat zhalim kepada orang lain, baik yang menyangkut kehormatannya atau yang berhubungan dengan miliknya, hendaknya ia segera meminta maaf sebelum datang masanya dinar dan dirham (sudah) tidak berguna lagi (hari kiamat). Apabila ia mempunyai amal shaleh, maka amal salehnya akan diberikan kepada orang lain sesuai dengan perbuatan zalimnya, dan apabila ia tidak mempunyai amal saleh, maka dosa saudaranya akan dibebankan kepadanya sesuai dengan perbuatan zalim yang dlakukannya (Hadits riwayat Bukhori)”

 Dalam kesempatan lain Rasulullah saw. pernah bersabda mengenai masalah perbuatan zalim ini:

 اتدرون من المفلس؟قالو: المفلس منّا.من لادرهم له ولا متاع،فقال:انّ المفلس منأمّتي مايأتي يوم القيامة بصلاة وصيام وزكاة، ويأتى وقد شتم هذا،وقذف هذا،وأكل مال هذاوسفك دم هذاوضرب هذا،فيعطى هذا من حسناته قبل ان يقضي ماعليه أخذ من خطا ياهم فطرحت عليه ثمّ طرح فى النّار. (رواه مسلم)
“Apakah kamu mengetahui siapakah yang dinamakan orang yang muflis (tidak mempunyai uang)?. Para sahabat menjawab : ‘Orang yang muflis ialah orang yang tidak mempunyai uang dan harta benda’. Rasulullah lalu bersabda : “Orang yang muflis di antara umatku ialah orang yang datang besok di hari kiamat dengan membawa amal shalat dan zakat, selain itu ia telah memaki si anu; memakan harta si anu; membunuh si anu, dan memukul si anu. Kelak amal kebaikannya akan diberikan kepada yang disakitinya; apabila ternyata kebaikannya telah habis sebelum kesalahan-kesalahannya tertebus semua, maka kesalahan-kesalahan orang-orang yang disakitinya akan dibebankan kepadanya kemudian ia akan dilemparkan ke dalam neraka (Hadits riwayat Bukhori Muslim.) “.
 
Ada suatu riwayat yang mengatakan bahwa Nabi saw . ketika mengutus sahabat Mu”adz ke negeri Yaman, beliau berpesan kepadanya :

 إتّق دعوة المظلوم فإنّها ليس بينها وبين الله حجاب (رواه البخارى ومسلم

“Takutlah kepada do’anya orang yang dizalimi karena do’anya orang yang dizalimi itu dikabulkan oleh Allah” (Hadits riwayat Bukhori dan Muslim.). 
Rasulullah pun pernah bersabda :

 انصر اخاك ظالما اومظلوما، فقال رجل: يارسول الله انصره اذا كان مظلوما، أفرايت ان كان ظالما فكيف انصره؟قال: تحجزه اوتمنعه عن الظّلم فإنّ ذ لك نصره. 

“Tolonglah saudaramu dalam keadaan zalim ataupun dizalimi”. Salah seorang sahabat beliau bertanya : “Wahai Rasulullah, saya akan monolongnya apabila ia dalam keadaan dizalimi, tetapi bagaimana saya menolongnya sedangkan ia dalam keadaan zalim?”. Rasulullah menjawab: “Engkau harus menghalang-halanginya atau mencegahnya dari perbuatan zalim, itulah yang dimaksud dengan menolongnya” (Hadits riwayat Bukhori).
 
Sebagai penutup pembahasan ini, kami akan menyitir dua bait sya’ir yang telah dikatakan oleh salah seorang pujangga :

 لاتظلمنّ اذاماكنت مقتد را . فاالظّلم ترجع عقباه الى النّدم تنام عيناك والمظلوم منتبه يدعو عليك وعين الله لم ينم 

 “Janganlah berbuat zalim karena merasa dirimu kuat. Karena jika engkau berbuat zalim akibatnya akan menyesal. Kedua matamu akan tertidur; orang yang dzalimi terus terjaga. Ia berdo’a kepada Allah; dan Allah itu tidak pernah tidur”. 

Orang yang Tertipu Dunia


Manusia yang paling tertipu ialah orang yang tertipu akan dunia yang sementara hingga ia lebih memilihnya dan puas dengannya daripada akhirat. Sebagian dari mereka menyatakan, "Dunia itu kontan, sedangkan akhirat itu kredit. Dan, yang kontan itu lebih baik daripada yang kredit."

Ada juga yang mengatakan: "Lebih baik benih yang kontan daripada mutiara yang masih dijanjikan."

Yang lainnya juga berkata : "Kenikmatan dunia itu meyakinkan (pasti), sementara kenikmatan akhirat itu masih diragukan. Oleh sebab itu, aku tidak akan meninggalkan yang sudah pasti hanya untuk hal yang masih diragukan."

Kesemuanya itu termasuk di antara bentuk bujukan dan tipu daya setan yang terhebat. Binatang yang tak berakal saja lebih pintar daripada mereka. Sesungguhnya, jika binatang itu takut pada bahaya, meski dipukul pun ia tak akan mendekati bahaya itu. Adapun mereka malah mendatangi sesuatu yang dapat membinasakan diri mereka dengan ragu-ragu antara percaya dan tidak.

Orang yang seperti itu, jika ia beriman kepada Allah Swt., kepada Rasul-Nya, perjumpaan dengan-Nya, dan juga hari pembalasan maka ia termasuk orang yang paling celaka. Ini karena ia tahu dengan apa yang ia lakukan. Apalagi, bila ia tidak beriman kepada Allah Swt dan Rasul-Nya, ia pasti jauh lebih tersesat lagi.

Jawaban bagi pernyataan mereka bahwa yang kontan itu lebih baik daripada yang kredit ialah jika memang yang kontan dan yang kredit itu nilainya sama maka benar bahwa yang kontan itu lebih baik, tapi jika yang kredit itu nilainya jauh lebih besar dan lebih mulia maka yang kredit itulah yang lebih baik. Apalagi, jika dunia seluruhnya itu nilainya hanya sekelumit dibanding nilai keutamaan akhirat.

Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari at-Tirmidzi, dari al-Mustaurid bin Syaddad bahwa Rasulullah Saw. bersabda: "Dunia, jika dibandingkan dengan akhirat ibarat seorang di antara kalian yang mencelupkan jarinya ke laut. Kemudian, lihatlah seberapa air yang tersisa di jarinya!”

Maka dari itu, lebih memilih yang kontan daripada yang ditunda atau kredit termasuk perbuatan paling tolol dan seburuk- buruknya kebodohan. Jika demikian, ukuran nilai dunia secara keseluruhannya dibanding dengan akhirat, bagaimana ukuran umur manusia dibandingkan dengan akhirat? Bagi orang yang berakal, manakah yang lebih utama untuk dipilih, dunia fana yang sementara ini dengan konsekuensi terhalang dari kebaikan yang abadi, atau memilih meninggalkan sesuatu yang hina, kecil, dan sementara untuk mendapatkan sesuatu yang tak ternilai harganya, tak pernah terlintas dalam benak keindahannya, tak terhingga banyaknya, serta tak terbatas waktunya?!

Adapun jawaban untuk orang yang menyatakan, "Aku tidak akan meninggalkan sesuatu yang meyakinkan (pasti) untuk meraih hal yang masih belum tentu (diragukan)" maka dapat dikatakan kepadanya, "Kamu mungkin ragu akan janji Allah Swt., ancaman-Nya, dan kebenaran Rasul-Nya atau mungkin kamu telah meyakini itu semua. Namun, bila kamu benar-benar telah meyakininya, kamu tentu akan meninggalkan hal yang kecil, terbatas, fana, dan sementara demi hal yang pasti, yang tiada keraguan di dalamnya, dan juga tiada terbatas.

Jika kamu ragu maka renungkanlah ayat-ayat Allah Swt. yang menunjukkan atas adanya Allah Swt, kekuasaan-Nya, kehendak-Nya, keesaan-Nya, serta kebenaran para Rasul-Nya dalam menerangkan ajaran dari-Nya. Perhatikan dengan benar dan cermatilah ajaran itu hingga jelas bagimu bahwasanya ajaran yang dibawa oleh para rasul-Nya itu pasti benar serta tidak ada keraguan di dalamnya, dan bahwa yang menciptakan alam semesta ini adalah Tuhan pemelihara langit dan bumi Yang Maha Mulia lagi Maha Suci sesuai dengan apa yang telah diterangkan oleh para rasul-Nya. Barang siapa yang menisbatkan Allah Swt. kepada selain itu, ia benar-benar telah menghina, mendustakan, serta mengingkari ketuhanan dan kekuasaan-Nya. Ini mustahil dan tidak mungkin bagi setiap orang yang memiliki fitrah yang suci, berpandangan bahwa Allah Swt. itu lemah, bodoh, tidak menyiksa apa-apa, tidak mendengar, tidak melihat, tidak berbicara, tidak tahu apa-apa, tidak mendengar, tidak melihat, tidak berbicara, tidak memerintah, tidak melarang, tidak memberi pahala, tidak menyiksa, tidak memuliakan orang yang dikehendaki-Nya, tidak menghinakan orang yang dikehendaki-Nya, tidak mengirim para rasul-Nya ke segala penjuru kerajaan-Nya, tidak memperhatikan keadaan makhluk-Nya, dan membiarkan mereka begitu saja. Ini sangatlah hina dan sama sekali tidak cocok bagi satu-satunya Tuhan/Raja yang memerintahkan manusia. Maka, bagaimana mungkin Tuhan Yang Maha Jelas dinisbatkan kepada semua itu?!

Bila manusia itu mau merenungi asalnya yang dari sperma sampai menjadi sempurna, pasti ia menyadari bahwa sesungguhnya Dzat yang memperhatikannya, serta menumbuhkannya tahap demi tahap tidak mungkin membiarkan dan meninggalkannya begitu saja, tidak memerintah dan melarangnya, tidak memberitahukan hak serta kewajiban kepadanya, tidak memberinya pahala, dan juga tidak menyiksanya.

Jika saja manusia mau memperhatikan dengan baik segala sesuatu yang ia lihat dan yang tidak terlihat olehnya, tentu itu semua menjadi bukti baginya atas kebenaran tauhid, kenabian, hari kemudian, dan bahwa al-Qur'an adalah firman-Nya.

Ini telah saya jelaskan dalilnya dalam iman al-Qur'an, pada pembahasan mengenai firman Allah Swt.:

"Maka, Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat, dan dengan apa yang tidak kamu lihat. Sesungguhnya, al Qur'an itu adalah benar-benar wahyu {yang Allah turunkan kepada) Rasul yang mulia,( Q.S. Al-Haaqqah [69] : 38-40)"

Juga telah kami jelaskan dalam pembahasan firman-Nya:

"Dan, {juga) pada dirimu sendiri. Maka, apakah kamu tidak memperhatikan?(Q.S. Adz-Dzaariyat [51] : 21)”

Manusia itu sendiri sudah merupakan bukti adanya Sang Pencipta, keesaan-Nya, kebenaran para rasul-Nya, serta sifat- silat Nya yang sempurna.

Sekarang, sudah jelas bahwa orang yang mengabaikan aturan Allah Swt. adalah orang yang tertipu, dengan dua alternatif, tertipu dengan keimanan juga keyakinannya dan tertipu dengan pendustaan serta keraguannya.

Apabila kamu bertanya, "Bagaimana iman yang mantap tanpa keraguan terhadap hari kemudian, surga, dan neraka bisa diiringi dengan keengganan untuk beramal? Adakah manusia yang mengetahui bahwa ia akan diminta pertanggungjawaban di hadapan Sang Raja, sementara ia menghabiskan malamnya dengan terlena dan lalai akan bagaimana nanti ia akan mempertanggungjawabkan dirinya di hadapan Sang Raja dengan tanpa bersiap-siap dan tanpa bekal?"

Dalam Islam, ini merupakan pertanyaan yang tepat dan banyak dipertanyakan orang. Sungguh, sangat mengherankan jika kedua hal itu berkumpul secara bersamaan. Enggan melakukan amal itu dilatarbelakangi oleh beberapa sebab:

Pertama, lemahnya ilmu dan kurangnya keyakinan. Siapa pun yang menganggap bahwa semua orang itu ilmunya sama, ini adalah anggapan yang paling keliru dan tidak dapat diterima.

Nabi Ibrahim As. Pernah memohon kepada Allah Swt. untuk diperlihatkan dengan jelas bagaimana Dia menghidupkan yang sudah mati setelah ia tahu akan begitu besarnya kekuasaan-Nya. Hal ini beliau lakukan supaya hatinya menjadi lebih tenteram dan agar apa yang telah diketahui sebelumnya secara abstrak dapat dibuktikan secara konkret.

Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnad-nya. bahwa Rasulullah Saw. bersabda: "Kabar yang diterima tidaklah sama seperti apa yang dilihat secara langsung (nyata)."

Jika ilmu yang lemah diiringi dengan tidak adanya penghayatan dalam hati atau kosong dari hati karena kebanyakan waktunya dihabiskan dengan kesibukan-kesibukan yang berlawanan dengannya dan disertai dengan tabiat yang bejat, hawa nafsu dan syahwat yang dominan, bisikan tipu daya setan, mengabaikan janji Allah Swt panjang angan-angan (khayalan), tenggelem dalam kelalaian, cinta dunia, meremehkan akibat, dan seterusnya maka iman tidak akan masuk di hati kecuali langit dan bumi yang berada dalam genggaman-Nya telah goyah.

Oleh sebab itu, tingkatan iman dan amal manusia berbeda hingga pada tingkat iman yang paling rendah dalam hati.

Semua itu kembali kepada lemahnya mata hati dan rendahnya tingkat kesabaran. Maka dari itu, Allah Swt. memuji para hamba- Nya yang memiliki kesabaran dan keyakinan yang tinggi serta menjadikan mereka sebagai para pemimpin agama. Allah Swt berfirman:

"Dan, Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka bersabar {dalam menegakkan kebenaran). Dan, mereka meyakini ayat-ayat Kami.( As-Sajdah [32]: 24)”

Murabahah yang Mengandung Riba


Alhamdulillah, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Dalam fikih muamalah dikenal istilah murabahah. Yang dimaksud murabahah adalah penjual memberitahukan harga barang pada si pembeli dan ia mengambil untung dari penjualan barang tersebut. Jual beli ini dipraktekkan di beberapa bank syariah atau BPR saat ini.

Bagaimana murabahah yang semestinya?

Memahami Murabahah

Murabahah sudah jelas dalam penjelasan di atas. Deskripsinya adalah sebagai berikut:
Ruslan menjual mobil pada Ahmad. Dan ia memberitahukan harga belinya pada Ahmad 100 juta. Karena jasa Ruslan untuk membeli terlebih dahulu dan berani memberikan pada Ahmad secara cicilan, maka ia menjual mobil tersebut sebesar 120 juta. Artinya, Ruslan mendapat untung sebesar 20 juta dan Ahmad mengetahui hal ini.

Ada istilah lain yang mirip murabahah. Kalau contoh di atas ditarik keuntungan. Ada jual beli yang sudah dikabarkan harga pembelian pada si pembeli sama dengan murabahah, namun si penjual tidak mengambil untung, harga pembelian sama dengan harga penjualan. Ini dikenal dengan jual beli tawliyah. Ada juga bentuk yang malah si penjual rugi. Ia memberitahukan harga sebenarnya pada si pembeli, namun ia menetapkan harga lebih rendah karena boleh jadi barangnya sudah lama. Jual beli kedua ini dikenal dengan jual beli wadhi’ah atau mukhasaroh. Jadi ada tiga jual beli yang sifatnya amanah: (1) murabahah (kenal untung), (2) tawliyah (kenal imbas), dan (3) wadhi’ah (kenal rugi).

Adapun mengenai hukum jual beli murabahah, asalnya dibolehkan. Dalil akan hal ini adalah keumuman firman Allah Ta’ala yang menjelaskan halalnya jual beli. Allah Ta’ala berfirman,
وَأَحَلَّ اللّهُ الْبَيْعَ
“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli” (QS. Al Baqarah: 275).
إِلَّا تَكُونَ تِجَارَةً عَن تَرَاضٍ مِّنكُمْ
“Kecuali dengan jalan perniagaan yang saling ridho di antara kamu” (QS. An Nisa’: 29).

Murabahah termasuk jual beli saling ridho di antara penjual dan pembeli, sehingga termasuk jual beli yang dibolehkan.

Begitu pula secara logika, jual beli ini amat dibutuhkan dan telah tersebar luas. Di antara kita ada orang yang tidak tahu manakah barang yang berkualitas untuk dibeli, sehingga kita butuh informasi dari orang yang lebih mengetahui seluk-beluk barang di pasar. Sebagai balas budi, si pembeli memberikan balas jasa pada si penjual yang telah membeli barang tersebut dengan memberikan keuntungan. Sehingga jual beli murabahah dengan logika sederhana ini dibolehkan.

Memerintah untuk Membelikan Barang

Ilustrasi jual beli ini hampir mirip dengan jual beli murabahah atau ia termasuk dalam jual beli murabahah. Jual beli ini dikenal dengan jual beli al aamir bisy syiro’. Ulama Syafi’iyah menjelaskan jual beli ini, “Si A melihat ada suatu barang yang membuat ia tertarik. Ia lalu berkata pada si B, “Tolong belikan barang ini dan engkau boleh mengambil untung dariku jika aku membelinya.” Lalu si A membeli barang tersebut dari si B. Jual beli dengan bentuk seperti ini boleh dengan keuntungan sesuai yang diinginkan.
Namun catatan yang perlu diperhatikan: Jual beli al aamir bisy syiro’ tidaklah bersifat mengikat. Jika si A memutuskan ingin membeli dari si B, maka terjadilah jual beli. Jika si A tidak mau setelah menimbang-nimbang atau melihat kualitas barang yang dibeli si B tidak sesuai keinginan, maka ia boleh membatalkannya.

Realita Murabahah yang Terjadi

Realita yang terjadi di lapangan tidaklah sesuai dengan murabahah yang dijelaskan dalam fikih Islam. Praktek murabahah yang dilakukan pihak bank atau lembaga perkreditan rakyat yang mengatasnamakan syari’ah jauh dari yang semestinya.
Lihatlah contoh yang dijelaskan oleh para ulama di atas, seperti dalam contoh terakhir, si B benar-benar telah memiliki barang yang ingin dijual pada si A. Namun realita yang terjadi di bank tidaklah demikian. Coba lihat ilustrasi murabahah yang dipraktekkan pihak bank:

1. Calon pembeli datang ke bank, dia berkata kepada pihak bank, "Saya bermaksud membeli mobil X yang dijual di dealer A dengan harga Rp. 100 juta. Pihak bank lalu menulis akad jual beli mobil tersebut dengan pemohon, dengan mengatakan, "Kami jual mobil tersebut kepada Anda dengan harga Rp. 120 juta, dengan tempo 3 tahun." Selanjutnya bank menyerahkan uang Rp. 100 juta kepada pemohon dan berkata, "Silakan datang ke dealer A dan beli mobil tersebut."

Realita yang terjadi ini bukanlah murabahah. Kenyataannya adalah pihak bank meminjamkan uang pada si pemohon sebesar 100 juta untuk membeli mobil di dealer. Lalu si pemohon mencicil hingga 120 juta. Seandainya transaksi dengan pihak bank adalah jual beli, maka mobil tersebut harus ada di kantor bank. Karena syarat jual beli, si penjual harus memegang barang tersebut secara sempurna sebelum dijual pada pihak lain.

Simak hadits berikut.
Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنِ ابْتَاعَ طَعَامًا فَلاَ يَبِعْهُ حَتَّى يَسْتَوْفِيَهُ
“Barangsiapa yang membeli bahan makanan, maka janganlah ia menjualnya kembali hingga ia selesai menerimanya.” Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Aku berpendapat bahwa segala sesuatu hukumnya sama dengan bahan makanan.” (HR. Bukhari no. 2136 dan Muslim no. 1525)

Ibnu ‘Umar berkata,
كُنَّا فِى زَمَانِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- نَبْتَاعُ الطَّعَامَ فَيَبْعَثُ عَلَيْنَا مَنْ يَأْمُرُنَا بِانْتِقَالِهِ مِنَ الْمَكَانِ الَّذِى ابْتَعْنَاهُ فِيهِ إِلَى مَكَانٍ سِوَاهُ قَبْلَ أَنْ نَبِيعَهُ.
“Kami dahulu di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membeli bahan makanan. Lalu seseorang diutus pada kami. Dia disuruh untuk memerintahkan kami agar memindahkan bahan makanan yang sudah dibeli tadi ke tempat yang lain, sebelum kami menjualnya kembali.”
(HR. Muslim no. 1527)
Mobil tersebut belum berpindah dari dealer ke kantor bank. Itu sama saja bank menjual barang yang belum ia miliki atau belum diserah terimakan secara sempurna. Dan realitanya maksud bank adalah meminjamkan uang 100 juta dan dikembalikan 120 juta. Kenyataan ini adalah riba karena para ulama sepakat, “Setiap utang yang ditarik keuntungan, maka itu adalah riba.”

2. Sama dengan ilustrasi pertama, hanya saja pihak bank menelpon showroom dan berkata "Kami membeli mobil X dari Anda." Selanjutnya pembayarannya dilakukan via transfer, lalu pihak bank berkata kepada pemohon: "Silakan Anda datang ke showroom tersebut dan ambil mobilnya."
Ilustrasi kedua pun sama, bank juga menjual barang yang belum diserahterimakan secara sempurna. Ini termasuk pelanggaran dalam jual beli seperti yang diterangkan dalam hadits Ibnu ‘Abbas dan Ibnu ‘Umar di atas.

3. Seorang pemohon datang ke bank dan dia butuh sebuah barang, maka pihak bank mengatakan, "Kami akan mengusahakan barang tersebut." Bisa jadi sudah ada kesepakatan tentang keuntungan bagi pihak bank, mungkin pula belum terjadi. Lalu pihak bank datang ke toko dan membeli barang selanjutnya dibawa ke halaman bank, kemudian terjadilah transaksi antara pemohon dan pihak bank.

Pada akad di atas, pihak bank telah memiliki barang tersebut dan tidak dijual kecuali setelah dipindahkan dan dia terima barang tersebut.

Hukum transaksi ini dirinci:
- bila akadnya bersifat mengikat (tidak bisa dibatalkan), maka haram karena termasuk menjual sesuatu yang sebelumnya tidak dimiliki.
- bila akadnya tidak bersifat mengikat (bisa dibatalkan) oleh pihak penjual atau pembeli, maka masalah ini ada khilaf di kalangan ulama masa kini. Pendapat terkuat, jual beli semacam  ini dibolehkan karena barang sudah berpindah dari penjual pertama kepada bank.
Namun sayangnya, ilustrasi terakhir tidak bisa dijumpai di bank-bank yang ada kecuali dengan bentuk yang mengikat (tidak bisa dibatalkan).

Wallahu a’lam bish showwab.
Alhamdulillah, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala aalihi wa shohbihi wa sallam.


Jadi Muslimah Jangan Pesimis


Jadi Muslimah Ko Susah Amat
SUSAHNYA JADI MUSLIMAH kata yang pesimis
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim …

Kaum feminis bilang, SUSAH JADI MUSLIMAH ….
Liat aja peraturannya …

-   Aurat wanita lebih banyak daripada laki-laki
- Wanita perlu meminta izin dari suami bila hendak keluar, tapi tidak sebaliknya.


- Wanita menerima warisan hanya setengah dari bagian laki-laki
- Wanita wajib taat pada suami, tapi tidak sebaliknya
- Wanita perlu menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak
- Talak terletak di tangan suami dan bukan istri
- Wanita kurang dalam beribadah karena adanya masalah haid dan nifas yang tidak ada pada lelaki

Tapi, pernahkah kita melihat kenyataan sebaliknya ….

- Benda yang mahal harganya akan dijaga serta disimpan di tempat yang teraman dan terbaik. Sudah pasti intan permata tidak akan dibiarkan terserak bukan?
Itulah bandingannya dengan seorang wanita

- Wanita perlu taat pada suami. Tapi tahukah? Lelaki wajib taat kepada ibunya 3 kali lebih utama daripada kepada bapaknya

- Wanita menerima warisan lebih sedikit dari laki-laki. Tapi tahukah? Harta tersebut menjadi milik pribadi wanita dan tidak perlu diserahkan pada suaminya sementara laki-laki apabila menerima warisan, ia perlu bahkan wajib menggunakan hartanya untuk anak istrinya.

- Wanita memang harus menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak. Tapi tahukah? Bahwa saat mengandung hingga melahirkan maka setiap saat dia didoakan oleh segala makhluk Allah di muka bumi, dan tahukah? Jika ia meninggal karena melahirkan maka ia syahid dan surga menantinya.

- Tahukah? Di akhirat kelak seorang lelaki akan dipertanggungjawabkan terhadap empat wanita, yaitu: istrinya, ibunya, anak perempuannya, dan saudara perempuannya. Artinya, bagi seorang wanita tanggung terhadapnya ditanggung oleh empat orang lelaki, yaitu: suaminya, ayahnya, anak laki-lakinya dan saudara laki-lakinya.

- Seorang lelaki wajib berjihad fi sabilillah, sementara bagi wanita jika taat pada suaminya, serta menunaikan tanggung jawabnya kepada Allah maka ia akan turut menerima pahala setara seperti pahala orang pergi berjidah fi sabillillah tanpa perlu mengangkat senjata

- Seorang wanita boleh memasuki surga melalui pintu surga mana saja yang disukainya cukup dengan empat syarat, yakni: shalat 5 waktu, puasa di bulan Ramadhan, taat pada suami dan menjaga kehormatannya.

Wahai saudariku sesama muslimah, tidakkah beberapa hal di atas menjadikanmu bersyukur telah dilahirkan sebagai seorang muslimah. Jika kaum feminis punya puluhan alasan untuk menuduh Islam sebagai agama pengekang kebebasan wanita, maka Islam punya ratusan bahkan ribuan pembelaan bahwa ajaran Islam adalah Rahmatan lil alamin. Tak satu makhluk pun yang terzhalimi dengan adanya syariat-Nya karena Allah lebih tahu apa yang tidak kita ketahui.

Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya …


Jangan Mengharap “Terima Kasih” dari Seseorang


Jika Teman Baik Kita Tidak Balas Budi.

Allah menciptakan para setiap hamba agar selalu mengingat-Nya, dan Dia menganugerahkan rezeki kepada setiap makhluk ciptaan_Nya agar mereka bersyukur kepada-Nya. Namun, mereka justru banyak yang menyembah dan bersyukur kepada selain Dia.


Tabiat untuk mengingkari, membangkang, dan meremehkan suatu kenikmatan adalah penyakit yang umum menimpa jiwa manusa. Karena itu, Anda tak perlu heran dan resah bila mendapatkan mereka mengingkari kebaikan yang pernah Anda berikan, mencampakkan budi baik yang telah Anda tunjukkan. Lupakan saja bakti yang telah Anda persembahkan. Bahkan, tak usah resah bila mereka sampai memusuhi Anda dengan sangat keji dan membenci Anda sampai mendarah daging, sebab semua itu mereka lakukan adalah justru karena Anda telah berbuat baik kepada mereka.

{Dan, mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya) kecuali Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka.} (QS. At-taubah:74)

Coba Anda buka kembali catatan dunia tentang perjalanan hidup ini! Dalam salah satu babnya diceritakan: shajdan, seorang ayah telah memelihara anaknya dengan baik. Ia memberinya makan, pakaian dan minuman, pendidikannya hingga menjadi orang pandai, rela tidak tidur demi anaknya, rela untuk tidak makan asal anaknya kenyang, dan bahkan, mau bersusah payah agar anaknya bahagia. Namun apa lacur, ketika sudah berkumis lebat dan kuat tulang-tulangnya, anak itu bagaikan anjing galak yang selalu menggonggong kepada orang tuanya. Ia tak hanya berani menghina, tetapi juga melecehkan, acuh tak acuh, congkak, dan durhaka terhadap orang tuanya. Dan semua itu, ia tunjukkan dengan perkataan dan juga tindakan.

Karena itu, siapa saja yang kebaikannya diabaikan dan dilecehkan oleh orang-orang yang menyalahi fitrah, sudah seyogyanya menghadapi semua itu dengan kepala dingin. Dan, ketenangan seperti itu akan mendapatkan balasan pahala dari Dzat Yang perbendaharaan-Nya tidak pernah habis dan sirna.

Ajakan ini bukan untuk menyuruh Anda meninggalkan kebaikan yang telah Anda lakukan selama ini, atau agar Anda sama sekali tidak berbuat baik kepada orang lain. Ajakan ini hanya ingin agar Anda tak goyah dan terpengaruh sedikitnya oleh kekejian dan pengingkaran mereka atas semua kebaikan yang telah Anda perbuat. Dan janganlah Anda pernah bersedih dengan apa saja yang mereka perbuat.

Berbuatlah kebaikan hanya demi Allah semata, maka Anda akan menguasai keadaan, tak akan pernah terusik oleh kebencian mereka, dan tidak pernah merasa terancam oleh perlakuan keji mereka. Anda harus bersyukur kepada Allah karena dapat berbuat baik ketika orang-orang di sekitar Anda berbuat jahat. Dan, ketahuilah bahwa tangan di atas itu lebih baik dari tangan yang di bawah.

{Sesunggunya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengarapkan keridhaan Allah. Kami tidak mengharapkan balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.} (QS. Al-Insan :9)
Masih banyak orang berakal yang sering hilang kendali dan menjadi kacau pikirannya saat mengadapi kritikan atau cercaan pedas dari orang-orang sekitarnya. Terkesan, mereka seolah-olah belum pernah mendengar wahyu Illahi yang menjelaskan dengan gamblang tentang perilaku golongan manusia yang selalu mengingkari Allah. Dalam wahyu itu dikatakan :

{Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitu orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.} (QS. Yunus:12)

Anda tak pernah terkejut menakala menghadiahkan sebatang pena kepada orang bebal, lalu ia memakai pena itu untuk menulis cemoohan kepada Anda. Dan Anda tak usah kaget, bila orang yang Anda beri tongkat untuk mengiringi domba gembalaannya justru memukulkan tongkat itu ke kepala Anda. Itu semua adalah watak dasar manusia yang selalu mengingkari dan tak pernah bersyukur kepada Penciptanya sendiri Yang Maha Agung nan Mulia. Begitulah, kepada Tuhannya saja mereka berani membangkang dan mengingkari, maka apalagi kepada saya dan Anda.

Ingat Allah Hati Mu Akan Tenang


Ingatlah Allah Hati Mu Akan Tenang.

“Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang”

Kejujuran itu kakasih Allah. Keterusterangan merupakan sabun pencuci hati. Pengalaman itu bukti. Dan seseorang pemandu jalan tak akan membohongi rombongannya. Tidak ada satu pekerjaan yang lebih melegakan hati dan lebih agung pahalanya, selain berdzikir kepada Allah.


{Karena itu, inagtlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu.} (QS. Al-Baqarah: 152)

Berdzikir kepada Allah adalah surga Allah di bumi-Nya. Maka, siapa yang tak pernah memasukinya, ia tidak dapat memasuki surga-Nya di akhirat kelak. Berdzikir kepada Allah merupakan penyelamat jiwa dari pelbagi kerisauan, kegundahan, kekesalan dan goncangan. Dan dzikir merupakan jalan pintas paling mudah untuk meraih kemenangan dan kebahagiaan hakiki. Unutk melihat feadah dan manfaat dzikir, coba perhatikan kembali beberapa pesan wahyu Ilahi. Dan cobalah mengamalkannya pada hari-hari Anda, niscaya Anda akan mendapatkan kesembuhan.

Dengan berdzikir kepada Allah, awan ketakutan, kegalauan, kecemasan dan kesedihan akan sirna. Bahka, dengan berdzikir kepada-Nya segunung tumpukan beban kehidupan dan permasalahan hidup akan runtuh dengan sendirinya.
Tidak mengherankan bila orang-orang yang selalu mengingat Allah senantiasa bahagia dan tentram hidupnya. Itulah yang memang seharusnya terjadi. Adapun yang sangat mengherankan alah bagaimana orang-orang yang lalai dari dzikir kepada Allah itu justru menyembah berhala-berhala dunia. Padalah,

{(Berhala-berhala) itu mati tidak hidup dan berhala-berhala itu tidak mengetahui bilakah penyembahan-penyembahnya akan dibangkitkan.} (QS. An-Nahl: 21)

Wahai orang yang mengeluh karena sulit tidur, yang menangis karena sakit, yang bersedih karena sebuah tragedi, dan yang berduka karena suatu musibah, sebutlah nama-Nya yang kudus! Betapapun,

{Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?} (QS.Maryam: 65)

Semakin banyak Anda mengingat Allah, pikiran Anda akan semakin terbuka, hati Anda semakin tentram, jiwa Anda semakin bahagia, dan nurani Anda semakin damai sentausa. Itu, karena dalam mengingat Allah terkandung nilai-nilai ketawakalan kepada-Nya, keyakinan penuh kepada-Nya, ketergantungan diri hanya kepada-Nya, kepasrahan kepada-Nya, berbaik sangka kepada-Nya, dan pengharapan kebahagiaan dari-Nya. Dia senantiasa mengaulkan jika dimohon. Rendahkan dan tundukkan diri Anda ke hadapan-Nya, lalu sebutlah secara berulang-ulang nama-Nya yang indah dan penuh berkah itu dengan lidah Anda sebagai pengejawantahan dari ketuhidan, pujian, doa, permohonan dan permintaan ampunan Anda kepada-Nya.

Dengan begitu, niscaya Anda – berkat kekuatan dan pertolongan dari-Nya-akan mendapatkan kebahagiaan, ketentraman, ketenangan, cahaya penerang dan kegembiraan. Dan,


{Karena itu Allah menberikan kepada mereka pahala di dunia, dan pahala yang baik di akhirat.} (QS. Ali ‘Imran: 148)


Rabu, 13 Juni 2018

Kenikmatan Subuh



Suatu kenikmatanyang amat besar saat kita tidur kemudian kita terbangun kembali. Tidak semua orang dapat merasakan kenikmatan ini. Saat subuhpun merupakan suatu pelajaran yang binatang ajarkan kepada manusia.

Waktu subuh sautan ayam telah mengarjarkan kita untuk bangun dan mengucap rasa syukur terhadap Allah. Pada saat tersebut, seseorang tertidur tanpa berhubungan dengan dunia nyata. Tubuh dan jiwanya terpisah. Saat ini, yang dia pikirkan sebagai tidur, sebenarnya adalah sejenis kematian.

Allah menerangkan dalam Al Qur’an bahwa jiwa manusia diambil pada saat mereka tertidur.

Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan (QS Al An’am, 6:60)
Sesungguhnya saat kita tertidur Allah mematikan kita sesaat. Oleh karenanya Rasulullah mengajarkan do’a “Alhamdulillahi al-ladzi ahyaana ba’da ma amatana wa ilaihi an-nushur” artinya “Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami setelah dimatikan-Nya,dan kepada-Nya kami akan kembali”.

Suasana segar dipagi hari memberikan inspirasi tertanda kekuasaan Illahi. Segarnya udara pagi belum terkontaminasi polusi memberikan khasiat yang luar biasa bagi pernafasan kita. Kualitas oksigen yang baik ini akan memaksimalkan kerja otak, mencegah kerusakan paru-paru, memperlancar peredaran darah, dan meningkatkan kekebalan tubuh. Di saat orang membuka matanya di pagi dini hari, dia menujukan pikirannya kepada Allah dan memulai hari dengan sebuah sholat yang khusyuk, Sholat subuh.

Bagi mereka yang beriman dan hidup berdasarkan ajaran Al Qur’an, setiap hari baru penuh akan bukti keberadaan Allah dan kenyataan yang menuntun kepada iman. Sebagai contoh, membuka mata dan memulai hari merupakan salah satu nikmat Allah kepada manusia dan kenyataan yang menuntun kepada iman yang perlu direnungkan.

Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan (QS Az Zumar, 39:42)

Dalam ayat-ayat tersebut, Allah berfirman bahwa jiwa manusia diambil pada saat tidur, namun dikembalikan lagi sampai waktu yang telah ditentukan untuk kematian datang. Selama tidur, seseorang setengah kehilangan kesadaran terhadap dunia luar. Untuk bangkit dari “kematian” tidur kepada kesadaran dan kondisi yang sama seperti pada hari sebelumnya, dan untuk dapat melihat, mendengar, dan merasakan dengan baik dan sempurna adalah sebuah keajaiban yang harus kita renungkan.

Seseorang yang berangkat tidur di malam hari tidak dapat memastikan bahwa nikmat yang tiada bandingannya ini akan diberikan lagi kepadanya besok pagi. Dan kita tidak pernah dapat memastikan apakah kita akan mengalami bencana atau bangun dalam kondisi sehat.[1]

Sementara pengertian dari barokah itu sendiri ialah “ziyadah Al-Khoir” artinya bertambah kebaikan. Sungguh beruntung bagi orang yang dalam hidupnya panjang umur dan banyak amal kebaikan atau amal sholehnya.

Semoga kita bisa memanfaatkan usia, sehingga dapat beramal sholeh dengan ikhlas. Aamiin.



Awali Kerja Dengan Shalat Dhuha



Tubuh manusia memiliki ratusan tulang yang masing-masing dihubungkan dengan persendian. Jumlah persendian dalam tubuh manusia adalah 360, sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah SAW dan dibenarkan oleh para dokter. Kita tidak bisa membayangkan, bagaimana jika tulang-tulang yang ada dalam tubuh kita tersebut tidak dihubungkan dengan persendian. Atau salah satu persendian tersebut tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Maka, tidak ada yang mengetahui betapa besarnya nikmat ini kecuali orang yang telah kehilangan nikmat tersebut.

Shadaqah tanpa harta

Setiap hari, persendian kita mempunyai kewajiban untuk bershadaqah sebagai realisasi syukur kita kepada Allah, Dzat yang telah menciptakannya. Caranyapun beragam sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah SAW,
"Setiap persendian manusia diwajibkan untuk bershadaqah setiap harinya sejak matahari terbit. Memisahkan (menyelesaikan perkara) antara dua orang yang berselisih adalah shadaqah. Menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah shadaqah. Berkata yang baik juga termasuk shadaqah. Begitu pula setiap langkah berjalan untuk menunaikan shalat adalah shadaqah. Serta menyingkirkan suatu rintangan dari jalan adalah shadaqah." (HR. Bukhari dan Muslim)
Begitu berat dan lelahnya kita jika harus melakukan berbagai amal tersebut setiap harinya. Sehingga para sahabatpun bertanya, "Siapa yang sanggup melakukan, wahai Rasulullah?" Maka beliau menjawab, "Jika ia tidak mampu, maka dua rakaat Dhuha sudah mencukupinya." (HR Ahmad Abu Dawud)

Rasulullah SAW memberikan kemudahan kepada umatnya, bahwa semua shadaqah yang dilakukan oleh anggota badan tersebut dapat diganti dengan dua rakaat shalat Dhuha, karena shalat merupakan amalan semua anggota badan. Jika seseorang mengerjakan shalat, maka setiap anggota badan menjalankan fungsinya masing-masing. Demikian penjelasan yang disebutkan oleh Ibnu Daqiqil 'Ied.

Jumlah raka'at Dhuha minimal adalah 2 raka'at  sedangkan maksimalnya adalah 8 raka'at. Dengan menjalankan 2 raka'at Dhuha, kita telah melaksanakan salah satu wasiat Rasulullah SAW. Abu Hurairah berkata, "Kekasihku, Rasulullah SAW berwasiat kepadaku dengan tiga perkara: puasa selama tiga hari setiap bulannya, dua raka'at shalat Dhuha, dan mengerjakan shalat witir sebelum aku tidur." (Muttafaq 'Alaihi)

Keutamaan shalat dhuha

Meskipun bernilai sunnah, shalat ini mengandung banyak fadhilah (keutamaan), namun tidak banyak dari kita yang memperhatikannya. Diantaranya sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Darda' ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Allah ta'ala berfirman, "Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat pada permulaan hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu pada sore harinya." (HR. Tarmidzi)

At Thayyibi menerangkan bahwa dengan mengerjakan empat rak'at di pagi hari, Allah akan mencukupi kebutuhan-kebutuhan kita dan menjauhkan kita dari semua yang tidak kita inginkan hingga sore hari. Fadhilah lainnya, orang yang mengerjakannya dimasukkan dalam golongan orang-orang yang kembali kepada Allah. Karena shalat Dhuha adalah shalat awwabin, shalatnya orang-orang yang kembali kepada Allah (bertaubat). Dalam hadits lain Rasulullah SAW menyebutkan bahwa pahala orang yang mengerjakan shalat Dhuha seperti orang yang mengerjakan umrah.

Menjadi kaya dengan shalat dhuha?

Ada diantara kaum muslimin yang begitu bersemangat mengerjakan shalat dhuha. Namun ironisnya ketika mereka melaksanakan shalat wajib, justru malas-malasan dan hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban saja. Shalat subuh dikerjakan jam enam pagi dan salat asar hanya kalau sempat saja. Penyebabnya, ada tujuan lain ketika mereka mengerjakannya yaitu ingin mendapatkan balasan di dunia, biar lancar rezekinya dan menjadi orang yang kaya raya. Sehingga doa-doa yang dipanjatkannyapun hanya dengan kelancaran rizki. Demikian fenomena yang sering kita dapatkan di masyarakat. Dunia, mungkin saja mereka peroleh. Boleh jadi akan semakin lancar rizkinya dan karirnya terus meningkat. Namun apa yang mereka peroleh di akhirat? Qatadah ketika menafsirkan surat Hud: 15-16, ia berkata, "Barang siapa yang dunia adalah tujuannya, dunia yang selalu dia cari-cari dengan amalan shalehnya, maka Allah akan memberikan kebaikan kepadanya di dunia. Namun ketika di akhirat, dia tidak akan memperoleh kebaikan apa-apa sebagai alasan untuknya. Adapun seorang mukmin yang ikhlas dalam beribadah (yang hanya mengharapkan wajah Allah), selain akan mendapatkan balasan di dunia dia juga akan mendapatkan balasannya di akhirat."

Luangkan waktu

Waktu pelaksanaan shalat Dhuha adalah ketika matahari mulai naik sepenggalan, kira-kira seperempat jam setelah matahari terbit hingga waktu zawal (matahari tergelincir). Dan waktu yang paling afdhal adalah ketika matahari mulai panas.

Memang, tidak mudah untuk melaksanakan shalat Dhuha. Karena waktunya bertepatan dengan jam-jam dimulainya aktivitas keseharian, orang sibuk bekerja mencari rezki pada waktu tersebut. Namun, sesempit apapun waktu kita karena aktivitas sehari-hari, jika kita luangkan waktu sejenak untuk mengerjakan shalat Dhuha, Insya Allah tidak akan mengurangi jatah rizki yang telah ditentukan untuk kita. Kalau toh meluangkan waktu pada waktu tersebut tidak memungkinkan pula, karena peraturan perusahaan yang begitu ketat dan mengikat, shalat Dhuha bisa kita kerjakan sebelum masuk jam kerja. Nah, mari awali kerja kita dengan melaksanakan shalat Dhuha.

Jangan Mengharap “Terima Kasih” dari Seseorang

 

JikaTeman Baik Kita Tidak Balas Budi.

Allah menciptakan para setiap hamba agar selalu mengingat-Nya, dan Dia menganugerahkan rezeki kepada setiap makhluk ciptaan_Nya agar mereka bersyukur kepada-Nya. Namun, mereka justru banyak yang menyembah dan bersyukur kepada selain Dia.


Tabiat untuk mengingkari, membangkang, dan meremehkan suatu kenikmatan adalah penyakit yang umum menimpa jiwa manusa. Karena itu, Anda tak perlu heran dan resah bila mendapatkan mereka mengingkari kebaikan yang pernah Anda berikan, mencampakkan budi baik yang telah Anda tunjukkan. Lupakan saja bakti yang telah Anda persembahkan. Bahkan, tak usah resah bila mereka sampai memusuhi Anda dengan sangat keji dan membenci Anda sampai mendarah daging, sebab semua itu mereka lakukan adalah justru karena Anda telah berbuat baik kepada mereka.

{Dan, mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya) kecuali Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka.} (QS. At-taubah:74)

Coba Anda buka kembali catatan dunia tentang perjalanan hidup ini! Dalam salah satu babnya diceritakan: shajdan, seorang ayah telah memelihara anaknya dengan baik. Ia memberinya makan, pakaian dan minuman, pendidikannya hingga menjadi orang pandai, rela tidak tidur demi anaknya, rela untuk tidak makan asal anaknya kenyang, dan bahkan, mau bersusah payah agar anaknya bahagia. Namun apa lacur, ketika sudah berkumis lebat dan kuat tulang-tulangnya, anak itu bagaikan anjing galak yang selalu menggonggong kepada orang tuanya. Ia tak hanya berani menghina, tetapi juga melecehkan, acuh tak acuh, congkak, dan durhaka terhadap orang tuanya. Dan semua itu, ia tunjukkan dengan perkataan dan juga tindakan.

Karena itu, siapa saja yang kebaikannya diabaikan dan dilecehkan oleh orang-orang yang menyalahi fitrah, sudah seyogyanya menghadapi semua itu dengan kepala dingin. Dan, ketenangan seperti itu akan mendapatkan balasan pahala dari Dzat Yang perbendaharaan-Nya tidak pernah habis dan sirna.

Ajakan ini bukan untuk menyuruh Anda meninggalkan kebaikan yang telah Anda lakukan selama ini, atau agar Anda sama sekali tidak berbuat baik kepada orang lain. Ajakan ini hanya ingin agar Anda tak goyah dan terpengaruh sedikitnya oleh kekejian dan pengingkaran mereka atas semua kebaikan yang telah Anda perbuat. Dan janganlah Anda pernah bersedih dengan apa saja yang mereka perbuat.

Jika Teman Baik Kita Tidak Balas Budi.

Allah menciptakan para setiap hamba agar selalu mengingat-Nya, dan Dia menganugerahkan rezeki kepada setiap makhluk ciptaan_Nya agar mereka bersyukur kepada-Nya. Namun, mereka justru banyak yang menyembah dan bersyukur kepada selain Dia.


Tabiat untuk mengingkari, membangkang, dan meremehkan suatu kenikmatan adalah penyakit yang umum menimpa jiwa manusa. Karena itu, Anda tak perlu heran dan resah bila mendapatkan mereka mengingkari kebaikan yang pernah Anda berikan, mencampakkan budi baik yang telah Anda tunjukkan. Lupakan saja bakti yang telah Anda persembahkan. Bahkan, tak usah resah bila mereka sampai memusuhi Anda dengan sangat keji dan membenci Anda sampai mendarah daging, sebab semua itu mereka lakukan adalah justru karena Anda telah berbuat baik kepada mereka.

{Dan, mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya) kecuali Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka.} (QS. At-taubah:74)

Coba Anda buka kembali catatan dunia tentang perjalanan hidup ini! Dalam salah satu babnya diceritakan: shajdan, seorang ayah telah memelihara anaknya dengan baik. Ia memberinya makan, pakaian dan minuman, pendidikannya hingga menjadi orang pandai, rela tidak tidur demi anaknya, rela untuk tidak makan asal anaknya kenyang, dan bahkan, mau bersusah payah agar anaknya bahagia. Namun apa lacur, ketika sudah berkumis lebat dan kuat tulang-tulangnya, anak itu bagaikan anjing galak yang selalu menggonggong kepada orang tuanya. Ia tak hanya berani menghina, tetapi juga melecehkan, acuh tak acuh, congkak, dan durhaka terhadap orang tuanya. Dan semua itu, ia tunjukkan dengan perkataan dan juga tindakan.

Karena itu, siapa saja yang kebaikannya diabaikan dan dilecehkan oleh orang-orang yang menyalahi fitrah, sudah seyogyanya menghadapi semua itu dengan kepala dingin. Dan, ketenangan seperti itu akan mendapatkan balasan pahala dari Dzat Yang perbendaharaan-Nya tidak pernah habis dan sirna.

Ajakan ini bukan untuk menyuruh Anda meninggalkan kebaikan yang telah Anda lakukan selama ini, atau agar Anda sama sekali tidak berbuat baik kepada orang lain. Ajakan ini hanya ingin agar Anda tak goyah dan terpengaruh sedikitnya oleh kekejian dan pengingkaran mereka atas semua kebaikan yang telah Anda perbuat. Dan janganlah Anda pernah bersedih dengan apa saja yang mereka perbuat.

Berbuatlah kebaikan hanya demi Allah semata, maka Anda akan menguasai keadaan, tak akan pernah terusik oleh kebencian mereka, dan tidak pernah merasa terancam oleh perlakuan keji mereka. Anda harus bersyukur kepada Allah karena dapat berbuat baik ketika orang-orang di sekitar Anda berbuat jahat. Dan, ketahuilah bahwa tangan di atas itu lebih baik dari tangan yang di bawah.

{Sesunggunya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengarapkan keridhaan Allah. Kami tidak mengharapkan balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.} (QS. Al-Insan :9)

Masih banyak orang berakal yang sering hilang kendali dan menjadi kacau pikirannya saat mengadapi kritikan atau cercaan pedas dari orang-orang sekitarnya. Terkesan, mereka seolah-olah belum pernah mendengar wahyu Illahi yang menjelaskan dengan gamblang tentang perilaku golongan manusia yang selalu mengingkari Allah. Dalam wahyu itu dikatakan :

{Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitu orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.} (QS. Yunus:12)

Anda tak pernah terkejut menakala menghadiahkan sebatang pena kepada orang bebal, lalu ia memakai pena itu untuk menulis cemoohan kepada Anda. Dan Anda tak usah kaget, bila orang yang Anda beri tongkat untuk mengiringi domba gembalaannya justru memukulkan tongkat itu ke kepala Anda. Itu semua adalah watak dasar manusia yang selalu mengingkari dan tak pernah bersyukur kepada Penciptanya sendiri Yang Maha Agung nan Mulia. Begitulah, kepada Tuhannya saja mereka berani membangkang dan mengingkari, maka apalagi kepada saya dan Anda.

Sabtu, 02 Juni 2018

Jujur Menyadari Kesalahan

Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Allah Swt., Dzat Yang Maha Mulia, Maha Gagah, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Semoga Alloh Swt. senantiasa melimpahkan hidayah-Nya kepada kita. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada baginda nabi Muhammad Saw.
Saudaraku, tidak ada yang lebih mengancam kita daripada keburukan diri kita sendiri. Kita pasti punya kesalahan, kita pasti tidak suci dari dosa. Akan tetapi yang lebih berbahaya adalah jikalau kita tidak mau jujur untuk mengakui bahwa kita berbuat kesalahan dan punya dosa. Kalau kita kehilangan kemampuan untuk jujur ini, maka kita kehilangan kemampuan untuk memperbaiki diri. Dan, kalau kita tidak bisa memperbaiki diri, maka hidup kita akan senantiasa terancam oleh keburukan diri kita.
Ada seseorang yang dizholimi oleh orang lain, kemudian dia bertekad untuk membalas dengan kezholiman yang lebih berat. Tentu saja ini bukanlah jalan yang baik, karena orang itu sesungguhnya malah mengundang datangnya keburukan yang lebih besar lagi kepada dirinya.
Kita bukanlah manusia yang suci dari dosa, itu pasti. Tetapi ketika kita tidak mau jujur mengakui kesalahan, maka itu adalah petaka yang lebih pahit. Kenapa orang tidak mau jujur pada diri sendiri? Karena orang suka terjebak oleh topeng berupa pangkat, kedudukan, kekayaan, gelar, popularitas. Padahal semua itu sama sekali tidak identik dengan kemuliaan. Hanya karena merasa kaya raya, merasa bergelar banyak, merasa terkenal kemudian ia merasa selalu benar, padahal tidaklah demikian.
Nah saudaraku, kemampuan untuk jujur menyadari bahwa diri kita tidak mungkin luput dari salah dan dosa akan hadir jikalau kita punya kerendahan hati. Rendah hati berakar dari keimanan yang kuat kepada Allah Swt. Rosulullah Saw. bersabda, “Setiap anak Adam pasti berbuat kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang mau bertaubat.” (HR. Ibn Majah)
Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah Swt. yang jujur mengakui kesalahan diri, kemudian bertaubat dan memperbaiki diri. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.

Mengumpulkan Bekal Terbaik

Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Allah Swt. Semoga Alloh Yang Maha Bijaksana, menggolongkan kita sebagai ahli syukur, yang senantiasa bisa menemukan hikmah dari setiap peristiwa dan mensyukurinya. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada baginda nabi Muhammad Saw.
Allah Swt. berfirman, “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, Maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.” (QS. Al Anbiyaa [21] : 47)
Saudaraku, sesungguhnya setiap apa yang kita lakukan, pasti akan mendapatkan balasannya kelak di akhirat. Amal perbuatan kita akan dihitung, ditimbang dan diberi balasannya. Ini adalah kebenaran, dan wajib kita meyakininya.
Keyakinan pada hari perhitungan ini akan melahirkan sikap yang luar biasa dalam diri kita. Tentu tidak ada yang ingin merasakan kesengsaraan hidup di akhirat, sehingga kita akan sekuat tenaga menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan buruk dan perbuatan yang menyalahi petunjul Allah dan tuntunan Rosulullah Saw. Kita akan berupaya sekuat tenaga untuk hanya melakukan perbuatan yang diridhoi Allah dan sesuai petunjuk Rosulullah Saw.
Kebaikan sekecil apapun akan kembali kepada kita, dan keburukan sekecil apapun akan kembali kepada kita. Kitalah yang mengundang kebaikan bagi diri kita sendiri, dan kita pula yang mengundang petaka untuk datang kepada diri kita. Na’udzubillahi mindzalik. Jadi, kita tidak akan celaka oleh perbuatan orang lain, kita akan celaka oleh perbuatan diri kita sendiri. Sebagai contoh, seorang mujahid yang gugur di medan jihad, tidak bisa meraih syahid disebabkan niat yang salah di dalam hatinya. Oleh karena itu, yang paling berbahaya dalam hidup kita adalah kezholiman yang diri kita sendiri.
Kita senantiasa memohon kepada Allah Swt. agar dilimpahi hidayah sehingga kita terampil mengendalikan diri untuk hanya melakukan perbuatan yang Allah ridhoi. Karena inilah sebaik-baiknya bekal yang akan kita bawa ke akhirat kelak. Inilah sebaik-baiknya amal yang akan ditimbang di pengadilan Allah Swt. Hidup di dunia ini sebentar saja, maka sungguh merugi diri kita ini jika memikul bekal-bekal yang buruk dan sia-sia, sudah berat memikulnya, ditambah nanti hanya mendatangkan kerugian bagi diri kita sendiri.
Maka, beruntunglah orang-orang yang bisa memanfaatkan hidup yang singkat di dunia ini untuk mengumpulkan bekal yang baik-baik saja. Bekal-bekal yang Allah ridhoi saja. Karena inilah yang akan kembali kepada kita kelak di akhirat berupa keselamatan dan kebahagiaan di surga yang penuh kenikmatan. Semoga kita termasuk orang-orang yang demikian. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin. 

Belajar Pada yang Kecil

Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Alloh Swt. Semoga Allah Yang Maha Baik, senantiasa melimpahkan hidayah-Nya sehingga kita tidak termasuk orang-orang yang tersesat. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.
Tidak ada sesuatu sekecil apapun yang Allah Swt. ciptakan secara sia-sia. Bahkan atom yang sangat kecil sekalipun, yang sangat sulit terlihat oleh mata pasti ada manfaatnya. Dan, kepada berbagai ciptaan Allah yang lebih kecil dari kita, banyak yang bisa kita tafakuri dan kita ambil hikmahnya.
Jangan pernah memandang remeh sesuatu yang lebih kecil dari kita. Jangan pula memandang rendah kepada orang yang nampaknya lebih rendah dari kita. Karena mereka lebih kecil atau lebih rendah itu hanyalah secara fisik dalam pandangan kita saja. Sedangkan hakikatnya tidak demikian. Karena kemuliaan sejati tidak diukur dari besar kecilnya atau tinggi rendahnya.
Jikalau ada anak kecil yang dengan kepolosannya memberi nasehat kepada kita, maka berlapangdadalah untuk menerimanya dengan penuh kasih sayang. Karena tidak ada kejadian sekecil apapun kecuali Alloh yang mengizinkannya terjadi. Jika ada bawahan yang terlihat oleh kita sedang beramal sholeh, maka teladanilah. Tidak perlu gengsi hanya karena kita lebih tinggi jabatannya dari dia. Karena setiap nasehat kebaikan hakikatnya dari Allah, sedangkan manusia hanyalah menjadi jalannya saja.
Menerima pelajaran dari sesuatu yang lebih kecil atau seseorang yang lebih rendah adalah wujud ketawadhuan. Sedangkan tawadhu adalah jalan pada ketinggian derajat seseorang. Rosulullah Saw. bersabda, “Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Alloh menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim)
Semoga Allah Swt. menggolongkan kita sebagai orang-orang yang rendah hati, yang mudah menerima kebaikan dan kebenaran meskipun datang dari makhluk yang lebih rendah atau lebih kecil dari kita. Aamiin yaa Robbal’aalamiin.

Tenang Dengan Dzikrulloh

Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Allah Swt. Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang diberikan sakinah, ketenangan hati, meski bagaimanapun babak hidup yang sedang kita hadapi. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.
Banyak orang mencari ketenangan dengan berbagai macam cara. Ada yang membeli vila mewah di pegunungan. Ada yang liburan ke tempat-tempat terpencil. Ada yang mengumpul-ngumpulkan harta kekayaan karena mengira semua itu bisa membuatnya tenang di hari tua, dan berbagai cara lainnya.
Padahal, Allah Swt. berfirman, “Dia-lah yang telah menurunkan sakinah (ketenangan) ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). dan kepunyaan Alloh-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Fath [48] : 4)
Sesungguhnya hanya Allah yang kuasa menghadirkan rasa tenang di dalam hati setiap hamba-Nya. Sekeras apapun manusia “membeli” ketenangan dengan hartanya, jika Allah tidak menghendaki, maka ketenangan itu tidak akan pernah hadir. Maka tidak heran kalau ada orang yang sudah kaya raya, tapi tetap saja gelisah. Ada orang yang sudah berlibur kemana-mana, tetap saja tidak memperoleh ketenangan.
Mengapa? Itu karena ketenangan bukan pada berapa jumlah aset, berapa saldo di rekening, bukan pada tempat, melainkan pada hati. Dan, hanya Allah yang kuasa menghadirkannya di dalam hati kita.  Karena Allah yang menciptakan hati kita dan hanya Allah yang kuasa membolak-balik hati kita.
Bagaimana sakinah bisa datang? Allah Swt. berfirman, “..Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ro’du [13] : 28)
Oleh karena itu, marilah kita senantiasa mengingat Allah dalam setiap keadaan kita, saat sempit, saat lapang, saat susah, saat senang. Saat diam maupun saat bekerja. Dalam lisan maupun perbuatan. Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang beruntung karena diberi ketenangan oleh-Nya. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.

Jumat, 01 Juni 2018

Kisah Orang Tekun Ibadah yang Masuk Neraka


Alkisah, ada dua orang bersaudara dari kalangan Bani Israil. Yang satu sering berbuat dosa, sementara yang lain sebaliknya: sangat tekun beribadah. Yang terakhir disebut ini rupanya tak henti-hentinya menyaksikan saudaranya itu melakukan dosa hingga mulutnya tak betah untuk tidak menegur.


"Berhentilah!" sergahnya
Teguran seolah hanya masuk melalui telinga kanan dan keluar lagi lewat telinga kiri. Perbuatan dosa berlanjut dan sekali lagi tak luput dari mata saudaranya yang rajin beribadah. "Berhentilah!" Sergahnya kembali.
Si pendosa lantas berucap, "Tinggalkan aku bersama Tuhanku. Apakah kau diutus untuk mengawasiku?"


Saudara yang ahli ibadah pun mengumpat, "Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu. Allah tidak akan memasukkanmu ke surga."
Cerita ini tertuang dalam sebuah Hadits shahih yang diriwayatkan Abu Dawud dan Ahmad. Di ujung, Hadits tersebut melanjutkan, tatkala keduanya meninggal dunia, keduanya pun dikumpulkan di hadapan Allah subhanahu wata'ala.


Kepada yang sungguh-sungguh beribadah, Allah mengatakan, "Apakah kau telah mengetahui tentang-Ku? Apakah kau sudah memiliki kemampuan atas apa yang ada dalam genggaman-Ku?"
Drama keduanya pun berlanjut dengan akhir yang mengejutkan.
"Pergi dan masuklah ke surga dengan rahmat-Ku," kata Allah kepada si pendosa. Sementara kepada ahli ibadah, Allah mengatakan, "(Wahai malaikat) giringlah ia menuju neraka."


Kisah di atas menyiratkan pesan kepada kita untuk tidak merasa paling benar untuk hal-hal yang sesungguhnya menjadi hak prerogatif Allah. Tentu beribadah dan meyakini kebenaran adalah hal yang utama. Tapi menjadi keliru tatkala sikap tersebut dihinggapi takabur dengan menghakimi pihak lain, apakah ia bahagia atau celaka di akhirat kelak. Sebuah kata bijak menyebutkan, “Perbuatan dosa yang membuatmu menyesal jauh lebih baik ketimbang beribadah yang disertai rasa ujub.”


Tentang etika dakwah, Islam pun mengajarkan bahwa tugas seorang mubaligh sebatas menyampaikan, bukan mengislamkan apalagi menjanjikan kenikmatan surgawi.
Vonis terhadap orang ini-itu sebagai golongan kafir atau bukan, masuk neraka atau surga, sangat tidak dianjurkan karena melangkahi Rabb, penguasa seluruh ciptaan. Islam menekankan umatnya muhasabah atau koreksi diri sendiri daripada mencari kesalahan pribadi orang lain yang belum tentu lebih buruk di hadapan Tuhan. 


Terima kasih telah membaca Kisah Orang Tekun Ibadah yang Masuk Neraka. Semoga pos dari situs web Artikel Islami berguna dan memberi manfaat. Baik untuk anda danbuat website Artikel Islami.

Section Team Class

Related Indexed :  www.publiklampung.com Lecturer Indexed :  www.ariesetyaputra.com NAMA TEAM : HASKELL Ketua Team : Reni Alfiani -  ht...